Tik Namaku...



Entah kenapa, saat pertama kali bertemu, aku langsung ingin mengenalnya. Wajahnya yang manis dan memukau membuatku terpesona. Dia gadis kecil yang membuatku kagum. Membuatku bertanya-tanya siapakah dia ?

Namun, tak kuasa diri ini untuk mengucap kata. Maklum, aku tak sehebat pujangga yang pandai menggoda, aku hanya manusia yang penuh dengan rasa malu.

Tapi, keinginanku untuk mengenalnya masih terus berkobar. Niat ku mengenalnya begitu kuat. Aku branikan diri untuk mengenalnya. Hingga aku mencoba mendatangi untuk yang kedua kalinya dengan beralasan ngr-print. Tapi lagi dan lagi.. mulut terasa kaku untuk mengucap kata.

Kalu begini terus kapan aku bisa mengenalnya ? Akirnya aku mencoba menuliskan kata-kata pada selembar kertas. Aku cantumkan nomerku di kertas itu. Dengan harapan semoga dia mau membasa dan sudi sms ku..

Tapi bagaimana caraku bisa memberikan kertas ini ? Sementara akupun malu untuk memberikan langsung. Pertanyaan ini sedikit membuatku bingung. Tapi aku tak boleh putus asa. Aku harus beranikan diri untuk memberikan padanya. Ngeprint lagi adalah alasan yang tepat, meski sebenarnya print-printnannya tidak begitu penting. Tapi tak apalah demi agar bisa memberikan selembar kertas yang berisikan coretan akan perasaanku padanya. 

Dengan sekuat hati akupun memberanikan diri datang kesana, aku turun dari motor dan menghampirinya. “Print Mbak”.. Dia pun menatap dengan mata indahnya.. Hati ku berdebar-debar dan dalam hati aku berkata... “Ya Tuhan... Indah sekali ciptaanMu satu ini”. Begitu melihatnya yang semakin anggun, keinginanku untuk memberikan kertas menjadi kecil, pikiran-pikiran pesimis mulai timbul “apa dia mau menerima kertas ku ini ?”.

Tapi mau bagaimana lagi, Cuma ini kesempatanku, aku harus berani memberikannya. Aku lipat kertas itu dan aku taruh di atas etalase. Dengan hati berdebar-debar aku sapa dia “Mbak...” sambil menunjuk kertas itu. Akupun tak brani menatap matanya, aku menunundukkan kepala, sambil sedikit senyum penuh malu dan meninggalkannya.

Dalam perjalanan aku cuma bisa berharap dan berdo’a, semoga saja dia mau membacanya dan sudi untuk sms. Namun pikiran pesimis selalu saja menghampiri, “Apa mungkin dia mau sms ?”. Tapi tak apalah, jikalau pun tidak sms setidaknya aku sudah berusaha untuk bisa mengenalnya. 

Tak lama kemudian, HP berbunyi dan ada pesan masuk nomer baru, “apa mungkin nomernya ? Tidak mungkin ah” dengan rasa penasaran aku buka isi pesan tersebut, tertuliskan “Pasti lagi nungguin sms ya?” Hati serentak langsung berbunga-bunga, senyum-senyum sendirian, tidak kusangka dia sudi sms aku.
Percakapan pun terjadi, sedikit-dikit aku candain sambil bisa mengenalnya lebih jauh. Aku coba bertanya “siapa namanya ?” Dia pun membalas “Tik Namaku...”.   

Tik.. Ya itulah nama yang dijelaskan padaku. Tapi aku tidak diberitahui kelengkapannya. Entah itu Titik, Tika, Atik, atau siapa aku juga tidak tahu. Tapi tak apalah.. yang penting aku sudah bisa mendapatakn nomernya. Lambat laun pasti tahu.

Tapi dan tapi, Semenjak dia mengatakan namanya dan aku candain, Dia mulai terdiam, tidak membalas lagi sms ku. Aku mulai bingung, mulai berfikir kemana-kemana, entrospeki diri apa kata-kata yang awal tadi salah. Tapi, aku tetap berfikir positif, “mungkin dia masih sibut”. Aku tungguin saja balasannya. 

1 jam, 2 jam, 3 jama tak kunjung datang pesan masuk darinya, akupun sms lagi nomernya sambil mencandainya, lagi-lagi tidak membalasnya. Tapi aku tetap terus berfikir positif “mungkin dia capek karena pekerjaannya”.  

Esok pagi hari, aku kembali menyapanya lewat sms, tapi juga tetap tidak dibalasnya. “Apa mungkin dia udah tidak mau mengenalku” Tapi yah.. namanya juga usaha, aku tetap meng-sms-in nya, aku bilang “Embakk.... aku tungguin hlo balasannya” Selang beberapa menit dia pun membalas. Aku begitu bersyukur dan seneng bisa mendapatkan balasannya. Tapi begitu membukan isinya “ Maaf mas sebelumnya, Kan Cuma sekedar kenal aja kan, lagi pula aku sudah ada pacar” Hati langsung down, harapan besar yang terbayang dengannya jadi hilang seketika. Ternyata dia sudah ada yang memiliki. 

Yah,,, yang namanya nasib memang tidak dapat di elak. Tapi tak apalah, namanya juga bunga indah yang bermekaran, pasti banyak kumbang yang menghampirinya. Dengan berat hati aku tetap menghormatinya. Aku tidak boleh egois, karena akupun juga tahu, kalau sudah ada hubungan pasti inginnya selamanya dan tidak mau untuk dirusak hubungan itu. Mungkin juga dia ingin menjaga kesetian dengan pasangannya. 

Yah,, aku hanya manusia biasa yang tak bisa merubah keadaan. Tak apalah, setidaknya aku sudah bisa mengenalnya walau sedikit, dan sudah mengungkapkan perasaanku kepadanya. Setidaknya juga dia sudah tahu, kalau aku kumbang yang juga ingin menghinggapinya. Lagi pula aku juga bukan cowo yang suka merusak hubungan orang lain. Aku cowo yang menghargai perasaan.

Untuk sekarang ini harapanku Cuma satu, semoga saja dia tetap mau menerimaku sebagai teman baru.
Terimakasih Kamu Yang sudah bisa membuatku tersenyum, walau Cuma dalam hitungan hari. ^_^

0 Response to "Tik Namaku..."

Posting Komentar